Bukan siklus bukan musiman
Bukan undangan, bukan pula kiriman
Kepalang nista, mendera malapetaka
dan ia tanpa ampun

Ia datang tanpa gemuruh
Perlahan tapi pasti
Ia gerayangi hati sampai mati
Lelapkan raga tanpa sanggup meronta

Ialah cerita sang anak kali
Yang berkata lewat rintikan
Berdesir lirih lewat hempasan awan kelam
Senandung kidung sang Penguasa malam

Ialah sang penggugah nurani
Yang ditakutkan saat menjelang
Semua lari, cari tempat tinggi
Selamatkan jiwa selamatkan harta

Ia yang dihendaki saat pergi
Yang menggumpalkan cerita
Torehan makna jejak anak manusia
Berkah Robbi pada sang anak kali

- Kumpulan Puisi Kematian, 2001 - 2006 -

 
Betapa ceritanya begitu membosankan
Alurnya merambat pelan, perlahan
Waktu seakan tak berjalan
Layaknya tak berkehidupan

Tak peduli akan perubahan…
Ia tetap mengalun tanpa beban
Seakan..
Ceritanya tak berkesudahan

Pilu kusaksikannya
Kisahnya memang bukan tuk dicerita
Ia tlah menjadi rahasia
Bagi mereka-mereka yang merasa

Ia telah statis dalam diam
Hasratnya telah terpendam dalam
Ia tak lagi berpitam
Meskipun aromanya masih tercium hitam

Kelam memang kelam
Sang cerita terlalu pendendam

Lembaran demi lembaran telah dihabiskan
Baginya tuk suratkan perjalanan
Namun…
Tak jua ia temukan simpulan

Terbuai ia dalam halaman
Tenggelam ia dalam lembaran
Sang cerita mulai kehilangan kesabaran
Ia pun mulai merobekkan tulisan

Naskahnya kini mulai usang
Alurnya pun kini mulai gersang
Takkan ketemu lagi kedalaman
Duduklah ia dalam kegelapan

Pengarang itu pun kini telah mati
Karya-karyanya pun takkan lagi mengilhami

Nisannya jangan kau cari
Kemanapun ia, takkan kau temui

- a tribute to Iwan Simatupang | Kumpulan Puisi Kematian, 2001 - 2006 -

 
Sepi kutatapi pagi ini
Tak bermentari, tak pula bergita
Dawainya tak lagi mengelegi
Ia teronggok bak gunungan sampah

Kabut yang menggulung
Mencabik hati yang kian murung

Seolah termenung

Kuhirupi angin

Kusujudi hari dan kupanjati
Selaksa do’a bagi tanah ini
Ia yang tlah menghidupi
Kini hidup dalam bayangan mati

Sedih menjambak nurani
Pilu menggores kalbu
Tanah ini kian membenci
Diri ini yang tak tahu malu

Takdirmu kian ternista
Terseok-seok mengirama duka
Menoreh raga melukis derita
Seperti yang kau cerita di Argabrama

- Kumpulan Puisi Kematian, 2001 - 2006 -
 
Terbangun dari kehampaan
Terlahir dari kebisuan
Pecahlah kebekuan
Saat goresan takdir mengucap kehidupan

Dengan kegembiraan
Dengan kebahagiaan
Tumbuhlah kemegahan
Jalinan kasih sayang yang terbalut kebahagiaan

Meski berawal dari jeritan
Meski dihadapkan pada akhir kehidupan
Namun kesakitan adalah perjuangan
Awalan yang biasa menjadi akhiran

Tersenyum menyaksi darah
Tertegun mendengar tangis
Kesakitanpun tiada lagi terasa
Saat tangisan melolong

Tangisan pun memecah kesunyian
Jeritan pun memporandakan kesakitan
Merah berlumur darah
Ia pun tertidur pulas dalam dekapan..

- a new baby born: the first grandson in this family -

 
sayu, tatapan itu kian teronggok, terpuruk rapuh
tak ada keceriaan, tak ada kebahagiaan
tak ada lagi barisan geligi yg mendamaikan
sungguh, dunia di balik kacamata itu tak mampu lagi terselami

penasaran, masih akankah asa berdialektika dalam perandaian?
ingatan meregang kenangan
meremah.. tak ada awalan, tak ada sisipan, apalagi akhiran
hanya tatapan yg berpaling pada keheningan..
serta, sehasta logika kian bergemuruh bersama hujan

Hey, teguhkanlah pilihan..
biarkanlah jalan ini menjadi pembuktian
terbaik hanyalah perbaikan
awal do'a penyempurna pertarungan
untuk hari ini, esok, lusa, nanti, kehidupan pasca kehidupan

dan lalu, sesunyi langit berpendar sentimen, egois.... [06/04/2012]

 
kutinggalkan kau saat terlelap
sengaja, agar kau tak terjaga
biar terlena tak berpendar buaian mimpi
setengah jiwa tersemat, setengah lagi meremah, hingga esok pagi

kulangkahkan lagi kaki ini
mencair mimpi, yg tak pula menghampiri, apalagi menjamahi
jejak-jejaknya mungkin telah melesak ke dalam bumi
berlalu seiring rona matahari, sore tadi

sekarang kita telah berjarak
tak hanya sebatas ruang, tak pula waktu
tak hanya pikiran, tak juga perasaan
tak pula keinginan, terlebih pemikiran
sebidang keheningan telah sangat memisahkan,
angan-angan kita berjauhan

kuingat-ingat lagi rupa lelapmu
tenang, penuh kedamaian
serupa laut di saat surut
beriak kecil, beruntai buih
sesekali mendebur lirih, mesra merambat ke tepian.. [t.b.c..]  -7/03/2012-

 
Lalu, Bilakah kau akan tetap berjalan di atas kedua kaki yang rapuh..??
Bernyanyilah, senandungkan kebebasan yang semu
Bohongilah dirimu sendiri
Cacilah kebodohanmu..
Kemerdekaan hanyalah angan-angan kosong!!!

Tuli... Takkah kau mendengar??
Bisu... Untuk siapa kau bicara??
Buta... Penglihatanmu tak cukup untuk memaknai...

Bohong..!!!
Kau bahkan tak mampu memperjuangkan hidupmu sendiri..
Bak labi-labi, kau begitu kerdil ..
Hanya mampu bergerak dan bersembunyi dalam ruangmu yang gelap nan sempit..

Muliakanlah dirimu kawan..
Lalu, aku pun akan menyayangimu sepenuh hatiku...

"...freedom are | Lightmeter [03/06/2009 ]"
 
Picture
aktivitas para pemulung sampah di TPA Babakan.


Jeritanmu sungguh memilukan..
Getir kudengar ratapanmu...
Dalam... Menghujam...
Menggelayut selaksa beban...
Namun... itu hanyalah ujung suara..
Nyatanya, tak ada perubahan...
Meski sejuta pertanyaan telah membombardir ketakterjangkauan...
Punahlah kau dalam genangan...

Maaf... Kemiskinan itu hanyalah statistik yang selalu diceritakan... [TPA Babakan, 13/05/2009]